Thursday, January 26, 2012

Biaya sosial yang timbul akibat pertambahan jumlah kendaraan bermotor (Biaya Kesehatan, Biaya Lingkungan, Biaya Kemacetan)


TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kemacetan Dan Keterlambatan
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati 0 km/jam atau bahkan menjadi 0 km/jam sehingga mengakibatkan terjadinya antrian. Terjadinya kemacetan dapat dilihat dari nilai derajat kejenuhan yang terjadi pada ruas jalan yang ditinjau, dimana kemacetan terjadi jika nilai derajat kejenuhan tercapai lebih dari 0.8 (MKJI, 1997)
Keterlambatan adalah kondisi dimana terjadinya penurunan kecepatan bebas ruas jalan yang ditinjau tanpa terjadinya adanya kemacetan. Keterlambatan lebih dipengaruhi oleh sikap pengemudi, bukan oleh nilai kelebihan kapasitas jalan. Pada kondisi ini tidak terjadi kejenuhan lalu lintas dimana nilai derajat kejenuhan di bawah atau sama dengan 0,8 (MKJI, 1997)
2.2. Biaya Kemacetan
Biaya Kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan (Nash, 1997, dalam Cahyani, 2000).
Kemacetan disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : disiplin para pelaku lalu lintas (pengguna jalan) atau jalan rusak. Secara matematis dinyatakan sebagai V/C > 1. Meskipun demikian dalam hal jalan rusak dan terjadi kemacetan pada ruas jalan tersebut, yang terjadi adalah justru V/C < 1. Dalam hal kemacetan murni, artinya kemacetan bukan disebabkan oleh kerusakan jalan, semua pihak ikut menjadi penyebab kemacetan.
Kemacetan pada dasarnya adalah persoalan lalu lintas, namun hal itu dapat terjadi sebagai akibat kesalahan perencanaan perangkutan, yakni dalam menentukan kebijakan pilihan moda (modal split) dan atau pembebanan jaringan (traffic asignment). Dengan kata lain, kemacetan bukan semata-mata masalah perlalulintasan melainkan dapat saja berakar pada sektor perangkutan. Olehkarena itu, di samping upaya membuat V/C < 1, upaya melalui sektor perangkutan pun perlu dilakukan (Warpani, 2002).
Dalam upaya agar V/C < 1, maka yang perlu dilakukan adalah pengelolaan perlalulintasan melalui berbagai rekayasa lalu lintas seperti : menerapkan kebijakan lalu lintas satu arah, membangun median jalan, membangun pulau lalu lintas, memasang lampu lalu lintas, atau membuat marka jalan. Upaya rekayasa ini bertujuan meningkatkan kapasitas ruas jalan tertentu guna melancarkan arus lalu lintas, sehingga pemborosan biaya akibat kemacetan dapat ditekan sampai titik minimal.
Nilai Waktu Perjalanan adalah biaya akibat adanya hambatan perjalanan (travel delay) terhadap penumpang, dibuat berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga dan berbanding lurus dengan kecepatan.
Biaya Operasional Kendaraan adalah biaya yang berkaitan dengan pengoperasian system transportasi tersebut, antara lain biaya pemakaian bahan bakar, oli, ban, dan biaya pemeliharaan dan berbanding terbalik dengan kecepatan.
2.3. Model Penghitungan Biaya Kemacetan
Model Kaitan antara Kecepatan dengan Biaya Kemacetan (Tzedakis,1980):
Asumsi model:
a) Perbedaan tingkat kecepatan kendaraan (lambat dan cepat),
b) Kecepatan tiap kendaraan tidak dibuat berdasarkan tingkat (keadaan) lalu lintas,
c) Tidak menggunakan satuan masa penumpang,
d) Biaya kemacetan cenderung nol jika kecepatannya sama,
e) Mempertimbangkan kendaraan yang bersifat stokastik,
f) Kendaraan tidak dapat saling mendahului.
Rumusan model:
dimana:
C = Biaya Kemacetan (Rupiah),
N = Jumlah Kendaraan (Kendaraan),
G = Biaya Operasional Kendaraan (Rp/Kend.Km),
A = Kendaraan dengan Kecepatan eksisting (Km/Jam),
B = Kendaraan dengan Kecepatan Ideal (Km/Jam),
V’ = Nilai Waktu Perjalanan Kendaraan Cepat (Rp/Kend.Jam),
T = Jumlah Waktu Antrian (Jam).


ANALISA
A.                  Biaya Kesehatan
Senyawa-senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk mejalankan kendaraan bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan adalah berbagai oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida karbon, hidrokarbon, logam berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan oksida nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian maka masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti para pengendara bermotor, pejalan kaki, dan polisi lalu lintas, penjaja makanan sering kali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu.
Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :
1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan.
2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik.
3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker.
4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 1 Dampak pencemaran udara akibat kendaraan bermotor
1.
Bahan-bahan pencemar yang mengganggu saluran pernafasan
Sulfur Dioksida (SO2)

Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah.
Ozon dan oksida lainnya
Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 μg/m³ dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru anak, meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi mata, serta menurunkan kinerja paraolaragawan.
22.
Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik
Karbon Dioksida (CO2)Karbon Monoksida (CO)Hidrokarbon
Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua organ tubuh yang peka  terhadap kekurangan oksigen.

Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan jantung.
Timbal (Pb)
Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia, Pengaruh pada syaraf otak  anak diamati pada kadar 60μg/100 ml dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak, Timbal dapat menembus plasenta, dan karena perkembangan otak yang khususnya peka terhadap logam ini, maka janinlah yang terutama mendapat resiko.
33.
Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker.

bahanbahan
pencemar yang bersifat karsinogenik danmutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon
poliaromatik (PAH).
Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik diperkirakandapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru.
44.
Kondisi yang mengganggu kenyamanan
Debu - partikel
Dampak yang di timbulkan amat membahayakan, karena dapat meracuni sistem pembentukan hemoglobin.
Sumber : Dephan, 2001

B.                  Biaya lingkungan
Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya.
·                     Efek Rumah Kaca (Green House Effect)
Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangijalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah.
·                     Dampak Pencemaran Terhadap Tanaman dan Hujan Asam
Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakian dan tumbuhan.
·                     Smog
Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi kekuning-kuningan.


C.                  Biaya kemacetan (Studi Kasus: Ruas Jalan Gejayan,Yogyakarta)
Hubungan antara jumlah arus (smp/jam) dengan kecepatan yang terjadi (km/jam) sesuai dengan pemahaman dasar bahwa semakin besar arus semakin kecil kecepatannya, atau dengan kata lain kecepatan berbanding terbalik dengan besarnya arus lalu lintas.
Biaya Operasi Kendaraan Jenis Sepeda Motor
Sumber : Imam Basuki, Siswadi, UAJY, 2008

Perhitungan kerugian akibat kemacetan :
Kapasitas dasar untuk ruas jalan gejayan adalah 1.650 SMP/jam per jalur sehingga kapasitas dasar untuk 4 jalur adalah 6.600 SMP/jam. Faktor penyesuaian lebar jalan, besarnya 1,08. Faktor penyesuaian arah lalu lintas besarnya 1,0. Faktor penyesuaian gesekan samping dan kerb besarnya 0,96. Faktor ukuran kota besarnya 1,0. Sehingga Kapasitas jalan gejayan 6.843 SMP/jam. Kondisi pengamatan jalan gejayan dilewati sejumlah 1.017,79 SMP/jam untuk satu arah atau sejumlah sekitar 2.035 SMP/jam sehingga karena masih sangat jauh dibawah kapasitasnya maka jalan Gejayan dapat dikatakan tidak mengalami kemacetan.
Namun apabila dilihat dari kecepatannya, dimana kecepatan pada Jalan Gejayan berdasarkan kecepatan desain tipikal jalan lokal adalah sebesar 30 km/jam maka arus lalu lintas pada jalan Gejayan mengalami kelambatan.
Dari kelambatan masing-masing tipe kendaraan yang terjadi per jamnya maka dapat diperhitungkan jumlah jarak tempuh yang seharusnya dapat dilakukan atau total kelambatan yang bisa terjadi dalam kilometer. Dengan menggunakan nilai biaya opearsi kendaraan (BOK) masingmasing tipe kendaraan maka diperoleh nilai kerugian yang terjadi akibat kelambatan yang terjadi.

Pengurangan kecepatan/kelambatan yang terjadi
     Sumber : Imam Basuki, Siswadi, UAJY, 2008

Dari kelambatan masing-masing tipe kendaraan yang terjadi per jamnya maka dapat diperhitungkan jumlah jarak tempuh yang seharusnya dapat dilakukan atau total kelambatan yang bisa terjadi dalam kilometer. Dengan menggunakan nilai biaya opearsi kendaraan (BOK) masingmasing tipe kendaraan maka diperoleh nilai kerugian yang terjadi akibat kelambatan yang terjadi,sebagai berikut:
Nilai Kerugian Yang Terjadi Akibat Kelambatan (Rp/Km)
              Sumber : Imam Basuki, Siswadi, UAJY, 2008

Kesimpulan:
·         Biaya kesehatan yang timbul bagi masyarakat akibat dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh emisi kendaraan bermotor sangat besar, hal ini terkait kandungan emisi kendaraan bermotor yang mampu menyebabkan bermacam penyakit utamanya bagi pengguna jalan raya.
·         Biaya lingkungan yang timbul juga tak kalah besarnya, hal ini disebabkan karena emisi kendaraan bermotor terbukti dapat menurunkan kulaitas lingkungan. Dan biaya pemulihan lingkungan yang harus dikeluarkan menjadi sangat besar.
·         Perhitungan biaya kesehatan dan lingkungan secara teknis dapat dihitung dengan mengkonversikan nilai-nilai sosial (yang bersifat kualitatif) menjadi nilai ekonomi dalam bentuk biaya. Misalnya saya biaya yang diperlukan seseorang untuk memeriksakan kesehatan yang ditimbulkan oleh pencemaran udara, biaya kerugian dan pemulihan yang diperlukan masyarakat akibat sifat hujan asam yang korosif. Namun perhitungan teknis ini sifatnya spesifik, karena terkait tingkat pencemaran yang terjadi, masyarakat yang terkena dampak, serta factor-faktor spasial lain yang terkait.
·         Kerugian paling dasar dari kemacetan lalu lintas adalah kerugian akan waktu tempuh, yaitu adanya pemborosan bahan bakar sehingga adanya kenaikan biaya operasi kendaraan.
·         Kerugian akibat kelambatan arus lalu lintas yang terjadi di jalan Gejayan adalah sebesar Rp.  11.282.482,21 per jam. Kerugian ini berupa bertambahnya biaya operasional kendaraan yang semestinya tidak perlu dikeluarkan apabila kecepatannya bisa mencapai kecepatan desain perencanaan.
·         Dengan adanya perhitungan biaya kemacetan yang begitu besar, diharapkan suatu pembenahan terhadap system transportasi, khusunya di perkotaan, sehingga pemborosan energy dapat dihindari, serta dampak-dampak negative yang ditimbulkan akibat system transportasi yang tidak optimal dapat ditanggulangi. Antara lain dengan perencanaan  transportasi, green transportation, dll.

Daftar pustaka
Indah Kastiyowati, ST, Dampak Dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara, buletinlitbang.dephan.go.id: stt no. 2289 volume vi nomor 7 desember tahun 2001
Tri Tugaswati, 2000, Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, jpn j of health and human ecology 61:261-75
Evi naria, 2005, Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) Di Lingkungan Terhadap Kesehatan,  fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara : jurnal komunikasi penelitian volume 17 ( 4) 2005
Moch solikin, Dampak Dan Upaya Mengendalikan Gas Buang Kendaraan Bermotor, Cakrawala pendidikan no.3, tahun xvi, nov 1997
Imam basuki, siswadi, Biaya Kemacetan Ruas Jalan Kota Yogyakarta, jurusan teknik sipil ugm : volume 9 no. 1, oktober 72 2008 : 71 - 80

No comments:

Post a Comment